![]() |
Anggota Komisi X DPR RI yang juga Ketua Dewan Pembina YPSIM dr Sofyan Tan beserta isteri potong tumpeng HUT YPSIM ke-30 disaksikan Menristek Dikti Prof H Mohamad Nasir PHd Ak, Sabtu (26/08) |
MEDAN
- Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Prof.
H. Mohamad Nasir Ph.D, Ak mengatakan sekolah seperti Yayasan Perguruan
Sultan Iskandar Muda (YPSIM) jangan hanya berdiri di Medan, tapi harus
ada di seluruh Indonesia. Karena konsep pendidikan berkarakter dengan
sistem keberagaman dibutuhkan di Indonesia.
"Saya sangat mengapresiasi setinggi-tingginya ke sekolah yang membangun sistem keberagaman dan kebhinekaan. Ini contoh pendidikan berkarakter. Mudah-mudahan YPSIM tidak hanya satu di Medan, tapi bisa berkembang berdiri di seluruh Indonesia," kata Menristek Dikti saat memberikan kata sambutan Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) YPSIM ke-30, 25 Agustus 1987 - 25 Agustus 2017 dengan tema Merawat Keberagaman, Menjaga Jati Diri NKRI, di Sekolah YPSIM, Jalan Bakul, Medan, Sabtu (26/8/2017).
Menristek Dikti mengaku senang dan kagum ketika ditunjukkan di dalam sekolah terdapat rumah ibadah berbagai agama seperti masjid, gereja, pura dan wihara yang berdiri berdekatan. Sebagai pertanda semua pihak harus bersatu bersama-sama dalam merajut keberagaman menjadi persatuan yang kuat.
"Saya sangat mengapresiasi setinggi-tingginya ke sekolah yang membangun sistem keberagaman dan kebhinekaan. Ini contoh pendidikan berkarakter. Mudah-mudahan YPSIM tidak hanya satu di Medan, tapi bisa berkembang berdiri di seluruh Indonesia," kata Menristek Dikti saat memberikan kata sambutan Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) YPSIM ke-30, 25 Agustus 1987 - 25 Agustus 2017 dengan tema Merawat Keberagaman, Menjaga Jati Diri NKRI, di Sekolah YPSIM, Jalan Bakul, Medan, Sabtu (26/8/2017).
Menristek Dikti mengaku senang dan kagum ketika ditunjukkan di dalam sekolah terdapat rumah ibadah berbagai agama seperti masjid, gereja, pura dan wihara yang berdiri berdekatan. Sebagai pertanda semua pihak harus bersatu bersama-sama dalam merajut keberagaman menjadi persatuan yang kuat.
![]() |
Sebelumnya Ketua Dewan Pembina YPSIM dr Sofyan Tan mengajak
Menristek Dikti dan rombongan berkeliling sekolah untuk melihat
keberagaman yang sudah dibangun sejak 30 tahun di YPSIM. Salah satu
simbol keberagaman tersebut adalah Pohon Kerukunan Indonesia yang tumbuh
di tengah-tengah beragamnya bangunan rumah ibadah semua agama yang ada
di sekolah. Dalam prasasti tertulis agar anak bangsa belajar hidup dari
pohon yang menghormati langit setinggi-tingginya, cinta bumi
sedalam-dalamnya. Pohon tidak membedakan siapa saja boleh menghirup
oksigen darinya dan menikmati teduh serta buahnya.
Model sekolah seperti YPSIM menurut Menristek Dikti harus lebih berkembang lagi. Membangun sistem pendidikan keberagaman penting dilakukan di Indonesia yang memiliki 17 ribu pulau, 700 suku, dan 1500 budaya. Apalagi saat ini yang sering jadi masalah adalah provokasi dengan dalih perbedaan agama, suku dan ras yang pada akhirnya saling hujat-menghujat. Itulah yang dilakukan orang-orang yang tidak senang Indonesia bersatu dalam keberagaman..
Menristek Dikti mengingatkan, Presiden Joko Widodo selalu menyampaikan dalam beberapa forum resmi bahwa Afganistan hanya punya 6 suku dimana 2 suku diantaranya kerap saling berkonflik. Karena konflik tak segera diselesaikan akhirnya pecah perang saudara yang berkepanjangan. Banyak yang bertanya mengapa Indonesia yang jauh lebih beragam bisa tetap bersatu. Jawabannya karena Indonesia punya Pancasila yang menyatukan semua perbedaan.
Dalam kesempatan itu Menristek Dikti mengapresiasi berbagai program yang sudah diluncurkan YPSIM seperti edupatrol bekerjasama dengan BNI, program bantuan pensiunan bagi guru, beasiswa bagi siswa yang kurang mampu serta prestasi 65 orang siswa-siswanya di tahun 2017 yang mampu masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Ketua Dewan Pembina YPSIM dr Sofyan Tan mengatakan Sekolah YPSIM didirikan dengan tujuan memberantas kemiskinan. Karena ada unsur balas dendam dalam artian positif dimana saat itu dirinya sebaai pendiri hidup dalam kemiskinan. Serta melihat ada potensi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan sangat mudah diprovokasi untuk melakukan kerusuhan massa, kekerasan dan tindakan rasisme.
"Ada unsur balas dendam dalam arti positif untuk memberatas kemiskinan. Orang-orang yang hidup di bawah garis kemiskinan sangat rentan digoda untuk melakukan tindakan anarkis. Saya alami sendiri tahun 1966," kata Sofyan Tan yang juga Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan.
Saat didirikan sekolah hanya berisi tujuh lokal, dimana Sofyan Tan harus merangkap selain sebagai pendiri dan pengelola, juga sebagai guru Biologi dan sekaligus tukang sapu. Kondisi itu dijalani dengan sepenuh hati. Higga akhirnya gelar dokter yang diterimanya tidak digunakan untuk mengobati orang, tapi memilih untuk mengobati penyakit sosial yakni kemiskinan.
Pada usia 30 tahun, YPSIM kini memiliki 2.940 siswa dengan beragam komposisi agama yakni Islam, Kristen Protestan, Buddha, Hindu dan Sikh. Sekalipun jumlah siswa agama tertentu lebih kecil, tapi kedudukannya tetap sama tanpa perbedaan.
"Tetap kita bangun rumah ibadahnya. Sekolah tetap konsisten membangun keberagaman untuk kejayaan bangsa," ujar Sofyan Tan.
Dalam HUT YPSIM ke-30 dirangkai juga dengan kegiatan Penandatanganan Perjanjian Kerjasama BNI EduPatrol dan Peluncuran Penerbit YP Sultan Iskandar Muda. Penyerahan bantuan dana pensiun dan tabungan pensiun bagi guru yang sudah mengabdi di YPSIM, bantuan beasiswa bagi alumni YPSIM yang berhasil masuk PTN, penyerahan bantuan beasiswa Sofyan Tan Scholarship.
Sofyan Tan mengungkapkan EduPatrol BNI adalah persembahan dari sekolah untuk orangtua siswa. dengan adanya EduPatrol, setiap siswa yang datang dan pulang sekolah terpantau dalam sistem dan masuk laporannya ke telpon genggam setiap orangtua siswa. Jadi orangtua tak lagi khawatir anaknya bolos sekolah.
Yayasan dengan pihak BNI juga telah kerjasama menyediakan tabungan pensiunan guru. Tabungan tidak dipotong dari gaji guru tapi pihak yayasan yang berikan. Agar guru meskipun di swasta tak lagi khawatir saat masuk usia pensiun.
Dalam Perayaan HUT YPSIM ke-30 tersebut turut hadir Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok Sun Ang, Konsul Kehormatan Kerajaan Belanda di Medan Ony Hindra Kusuma, Rektor USU Prof Runtung Sitepu, Ketua Kopertis Wil I Prof Dian Armanto
Kepala Divisi Jasa dan Transaksi BNI Wilayah Medan Teddy Wishadi dan Ketua YPSIM Fince SE MPsi.
Dalam rangkaian kegiatan HUT YPSIM ke-30, rombongan tamu yang hadir disuguhi tarian kolosal dari berbagai daerah, pembacaan puisi yang semuanya dipersembahkan siswa-siswi YPSIM yang memukau para undangan.
(rel)
Model sekolah seperti YPSIM menurut Menristek Dikti harus lebih berkembang lagi. Membangun sistem pendidikan keberagaman penting dilakukan di Indonesia yang memiliki 17 ribu pulau, 700 suku, dan 1500 budaya. Apalagi saat ini yang sering jadi masalah adalah provokasi dengan dalih perbedaan agama, suku dan ras yang pada akhirnya saling hujat-menghujat. Itulah yang dilakukan orang-orang yang tidak senang Indonesia bersatu dalam keberagaman..
Menristek Dikti mengingatkan, Presiden Joko Widodo selalu menyampaikan dalam beberapa forum resmi bahwa Afganistan hanya punya 6 suku dimana 2 suku diantaranya kerap saling berkonflik. Karena konflik tak segera diselesaikan akhirnya pecah perang saudara yang berkepanjangan. Banyak yang bertanya mengapa Indonesia yang jauh lebih beragam bisa tetap bersatu. Jawabannya karena Indonesia punya Pancasila yang menyatukan semua perbedaan.
Dalam kesempatan itu Menristek Dikti mengapresiasi berbagai program yang sudah diluncurkan YPSIM seperti edupatrol bekerjasama dengan BNI, program bantuan pensiunan bagi guru, beasiswa bagi siswa yang kurang mampu serta prestasi 65 orang siswa-siswanya di tahun 2017 yang mampu masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Ketua Dewan Pembina YPSIM dr Sofyan Tan mengatakan Sekolah YPSIM didirikan dengan tujuan memberantas kemiskinan. Karena ada unsur balas dendam dalam artian positif dimana saat itu dirinya sebaai pendiri hidup dalam kemiskinan. Serta melihat ada potensi orang yang hidup di bawah garis kemiskinan sangat mudah diprovokasi untuk melakukan kerusuhan massa, kekerasan dan tindakan rasisme.
"Ada unsur balas dendam dalam arti positif untuk memberatas kemiskinan. Orang-orang yang hidup di bawah garis kemiskinan sangat rentan digoda untuk melakukan tindakan anarkis. Saya alami sendiri tahun 1966," kata Sofyan Tan yang juga Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan.
Saat didirikan sekolah hanya berisi tujuh lokal, dimana Sofyan Tan harus merangkap selain sebagai pendiri dan pengelola, juga sebagai guru Biologi dan sekaligus tukang sapu. Kondisi itu dijalani dengan sepenuh hati. Higga akhirnya gelar dokter yang diterimanya tidak digunakan untuk mengobati orang, tapi memilih untuk mengobati penyakit sosial yakni kemiskinan.
Pada usia 30 tahun, YPSIM kini memiliki 2.940 siswa dengan beragam komposisi agama yakni Islam, Kristen Protestan, Buddha, Hindu dan Sikh. Sekalipun jumlah siswa agama tertentu lebih kecil, tapi kedudukannya tetap sama tanpa perbedaan.
"Tetap kita bangun rumah ibadahnya. Sekolah tetap konsisten membangun keberagaman untuk kejayaan bangsa," ujar Sofyan Tan.
Dalam HUT YPSIM ke-30 dirangkai juga dengan kegiatan Penandatanganan Perjanjian Kerjasama BNI EduPatrol dan Peluncuran Penerbit YP Sultan Iskandar Muda. Penyerahan bantuan dana pensiun dan tabungan pensiun bagi guru yang sudah mengabdi di YPSIM, bantuan beasiswa bagi alumni YPSIM yang berhasil masuk PTN, penyerahan bantuan beasiswa Sofyan Tan Scholarship.
Sofyan Tan mengungkapkan EduPatrol BNI adalah persembahan dari sekolah untuk orangtua siswa. dengan adanya EduPatrol, setiap siswa yang datang dan pulang sekolah terpantau dalam sistem dan masuk laporannya ke telpon genggam setiap orangtua siswa. Jadi orangtua tak lagi khawatir anaknya bolos sekolah.
Yayasan dengan pihak BNI juga telah kerjasama menyediakan tabungan pensiunan guru. Tabungan tidak dipotong dari gaji guru tapi pihak yayasan yang berikan. Agar guru meskipun di swasta tak lagi khawatir saat masuk usia pensiun.
Dalam Perayaan HUT YPSIM ke-30 tersebut turut hadir Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok Sun Ang, Konsul Kehormatan Kerajaan Belanda di Medan Ony Hindra Kusuma, Rektor USU Prof Runtung Sitepu, Ketua Kopertis Wil I Prof Dian Armanto
Kepala Divisi Jasa dan Transaksi BNI Wilayah Medan Teddy Wishadi dan Ketua YPSIM Fince SE MPsi.
Dalam rangkaian kegiatan HUT YPSIM ke-30, rombongan tamu yang hadir disuguhi tarian kolosal dari berbagai daerah, pembacaan puisi yang semuanya dipersembahkan siswa-siswi YPSIM yang memukau para undangan.
(rel)