Senin, 27 Maret 2017
(Analisa/istimewa) GUNTING PITA: Anggota DPRI RI RI dari Komisi X dr. Sofyan Tan menggunting pita saat meresmikan Laboratorium SMP Masehi, Desa Peria Ria, Kecamataan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang sekitar 36,6 km dari Simpang Delitua, belum lama ini.
Oleh: J Anto.
Satu tandan pisang kepok, sepuluh butir kelapa muda dan satu karung goni jagung mentah, tiba-tiba disorongkan sejumlah siswa ke dalam bagasi mobil dr. Sofyan Tan. belum lama ini, bersama staff ahlinya, anggota DPRI RI RI dari Komisi X itu baru saja hendak meninggalkan halaman SMP Masehi, Desa Peria Ria, Kecamataan Sibiru-biru, Kabupaten Deliserdang sekitar 36,6 km dari Simpang Delitua.
“Wah ini gratifikasi Pak Sembiring, bisa kena KPK nanti kami,” ujar Sofyan Tan berseloroh. Dorman Sembiring Kepsek SMP Masehi dan beberapa guru yang menyaksikan adegan itu hanya tersenyum-senyum.
“Ini tanda syukur anak-anak dan orangtua siswa pak, jangan ditolak, kalau beri uang kan kami tak punya,” ujar Dorman Sembiring (61) sembari terbahak.
Hari itu siswa, guru dan orangtua SMP Masehi memang pantas berbahagia. Didirikan sejak tahun 1980 di bawah naungan Yayasan Pendidikan Kristen Masehi Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), namun baru sejak Desember 2016 atau 37 tahun, sekolah itu memiliki gedung laboratorium IPA komplet dengan peralatan praktik dan mobilernya.
“Sebelum ada bantuan pemerintah, siswa kami kalau praktek biologi, misalnya mempelajari biota ikan, ya, dibawa guru ke sungai dekat sekolah. Kalau belajar tumbuh-tumbuhan dibawa ke ladang-ladang dekat sekolah,” tutur Dorman Sembiring yang juga seorang PNS itu.
Gedung Laboratorim IPA itu diresmikan dr. Sofyan tanggal 8 Maret lalu. Gedung itu memiliki luas ruangan 10 x 16 meter. Pembangunannya dimulai sejak September 2016 dan selesai Desember 2016.
Ikut Reses
Ihwal kenapa Sofyan Tan yang meresmikan gedung laboratorium IPA tersebut, tak lepas dari kesertaan Dorman Sembiring saat mengikuti kegiatan reses Sofyan Tan yang diadakan di Delitua pada 4 Januari 2016 lalu. Reses dilakukan di sebuah pasar tradisional dengan memanfaatkan lantai tempat pedagang berjualan. Agar suasana dialog lebih “nyaman”, tim yang mendampingi reses Sofyan Tan menggelar tikar plastik.
“Saat itu Pak Sembiring mengeluh tentang sekolahnya yang minim fasilitas. Jalan menuju ke sekolahnya juga agak susah di jangkau karena selain sempit juga berkelok-kelok,” tutur dr. Sofyan Tan. Ingin membuktikan sendiri keluhan tersebut, Sofyan Tan usai acara dialog dengan warga Delitua, langsung menuju ke lokasi sekolah Dorman Sembiring di Desa Peria Ria itu.
Butuh waktu kurang lebih 2,5 jam itu sampai ke sekolah itu. Keluhan Dorman Sembiring ternyata bukan isapan jempol. Selain minim fasilitas pendukung pendidikan, ruang kelas siswa untuk proses belajar mengajar juga masih berkongsi. Satu ruang disekat dengan papan triplek sehingga menjadi 2 ruang. Fasilitas penunjang pendidikan belum ada. Sesederhana itu kondisinya.
Prihatin melihat kondisi sekolah itu, Sofyan Tan bertekad akan memperjuangkan agar SMP Masehi mendapat kucuran bantuan anggaran untuk pembangunan gedung Laboratorium IPA (Fisika, Kimia dan Biologi). Dan juga para siswa-siswi dari keluarga miskin diperjuangkan untuk memperoleh Program Indonesia Pintar (PIP) dengan jumlah yang tersalurkan ke Perguruan Masehi sebesar lebih kurang Rp100 juta.
Kini gedung Laboratorium IPA itu pun sudah berdiri megah. “Bulan lalu kami coba menguji beberapa jajanan yang dijual di kantin sekolah, ternyata ada kue yang mengandung sedikit kadar alkohol, ini membuat kami jadi lebih awas untuk memantau jajanan yang dijual di sekitar sekolah,” kata Dorman Sembiring. Ke depan Dorman Sembiring juga sudah meminta guru yang bertugas di laboratorium untuk menguji sampel jajanan apakah mengandung narkoba atau tidak.
“Peralatan untuk itu juga sudah ada di laboratorium sekolah kami,” kata Dorman Sembiring sembari tersenyum lebar.
sumber : http://harian.analisadaily.com/mobile/sumut/news/dulu-siswa-praktik-ke-sungai-dan-ladang/336442/2017/03/27