MEDAN - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Saut Situmorang mendadak menyambangi sekolah Yayasan Sultan Iskandar Muda (YPSIM) Jalan Bakul, Rabu (14/3). Kesempatan langka tersebut langsung dimanfaatkan siswa untuk bertanya beragam hal dan masalah.
Saat sesi tanya jawab dibuka terhitung sekira belasan siswa langsung mengangkat tangan sanking antusiasnya. Meski sayangnya hanya tiga penanya yang bisa diberi kesempatan. Pertanyaannya pun beragam, mulai dari teknis melaporkan tindak pidana korupsi, indeks korupsi yang tak pernah berkurang, hukuman mati bagi koruptor, tips untuk bersikap berani hingga hal pribadi seperti cara membagi waktu dalam aktivitas sehari-hari.
Saut pun tampak bersemangat menjawab pertanyaan yang dilontarkan siswa YPSIM. Akar permasalahan korupsi menurutnya ada di sisi integritas. "Masih ada masalah dengan integritas kita," ujarnya.
Integritas merupakan sesuatu yang rawan. Jika tidak ditanamkan dan dibiasakan sejak dini, sulit untuk menjaganya. Bisa dimulai dengan menghargai teman dan lingkungan di sekitarnya. Bagaimana mengajarkan dan menanamkan di diri pribadi masing-masing bahwa milik publik bukan milik pribadi.
"Ketika kamu buang sampah sembarangan kamu anggap tempat itu milik mu sendiri karenanya seenaknya membuang. Kamu terobos lampu merah karena kamu anggap itu jalan kamu sendiri, padahal ada hak orang lain juga di situ," kata Saut mencontohkan.
Integritas menurutnya sikap yang sederhana dan bisa dilatih dengan hal yang kecil seperti tidak culas, tidak bullying, jujur, peduli, mandiri, disiplin, kerja keras, tanggung jawab, sederhana berani, dan adil. "Misalnya ada 9 orang kerja kelompok lalu satu orang datang terlambat. Tapi karena yang datang terlambat bawa pisang goreng maka tetap diterima dikelompok. Itu tidak boleh, harusnya yang terlambat dihapus dari kelompok," ujarnya mencontohkan.
Setelah integritas adalah sikap egaliter atau egaliterian. Yaitu memandang sama terhadap semua orang tanpa membeda-bedakannya. Dia pun mencontohkan sosok dr Sofyan Tan sebagai pendiri Sekolah YPSIM sebagai seorang yang konsisiten menjaga integritas dan egaliter.
"Saya melihat dr Sofyan Tan ini yang saya kenal sejak 30 tahun lalu integritasnya sampai sekarang masih sama. Mau zamannya (Presiden)Soeharto, zamannya nggak ada HP, sampe Zamannya Jokowi, ini orangnya masih sama," ungkap Saut.
Dalam kesempatan itu Saut mengajak siswa membantu mengkampanyekan anti korupsi sejak dini. Tidak perlu dengan cara lantang teriak-teriak anti korupsi, tapi cukup dengan hal sederhana melalui media sosial seperti youtube, membuat pesan-pesan moral tentang anti korupsi. "Ada yang pernah sampai bikin lagu adili bapak ku karena bapak ku korupsi dan lain-lain," ujarnya.
Ketua Dewan Pembina YPSIM dr Sofyan Tan mengkupkan kehadiran Wakil Ketua KPK ke sekolah merupakan hadiah yang tak ternilai harganya. Apalagi dilakukan tanpa sengaja saat dirinya berada satu pesawat terbang dari Jakarta ke Medan. "Saya panggil beliau Pak Thony, ternyata dia masih ingat. Yang bikin saya bangga, hal pertama yang ditanyanya bagaimana sekolah? Dan saat itu juga berjanji akan mengunjungi sekolah ini," ungkap Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan itu.
Meski sudah kenal lama, Sofyan Tan menyebutkan tidak pernah berniat untuk langsung mendekat ke Saut Situmorang ketika terpilih menjadi pimpinan KPK. Sebab dia ingin tetap menjaga integritas masing-masing sebagai sesama pejabat negara. "Saya tidak ingin ada prasangka. Tapi akhirnya kami dipertemukan satu pesawat tadi pagi (14/3)," ujar Sofyan Tan.
Tawaran dan kesempatan langka dikunjungi pimpinan KPK tentu tidak boleh disia-siakan. Karena kehadirannya tersebut dapat dijadikan motivasi bagi siswa kelak jika menjadi pejabat negara untuk tidak korupsi dan tetap menjaga integritas.
"Dikunjungi oleh orang yang bersih dan kerjanya nangkapin koruptor
ini penting, agar anak-anak ingat kalau nanti jadi pejabat harus ingat KPK agar tidak korupsi," kata Sofyan Tan.
(RA)